Pekerjaan menata busana (menjahit) sangatlah menarik bagi mereka yang ingin mendalami keterampilan dibidang pembuatan
busana. Pratiwi (2001) berpendapat, tata busana adalah kegiatan atau pekerjaan
mewujudkan suatu busana atau pakaian yang diawali dengan proses pemilihan
model, pemilihan bahan, pengambilan ukuran, pembuatan pola serta teknik
menjahit dan penyelesaiannya. Setiap tahap dalam proses pembuatan busana
tersebut, saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Oleh
sebab itu sebelum kita membuat suatu busana ada langkah-langkah yang harus
diperhatikan, yaitu: pemilihan model, pemilihan bahan, pengambilan ukuran,
pembuatan pola dan merubah model, meletakkan pola diatas bahan, menggunting,
memberi tanda jahitan, mengepas dan memperbaiki dan menjahit.
a. Pemilihan
Model
Yang
menjadi perhatian dalam memilih busana yang sesuai dengan sipemakai yaitu model
busana yang sesuai dengan bentuk tubuh. Desain busana disesuaikan dengan bentuk
tubuh, warna kulit, serta waktu dan kesempatan pemakaiannya. Dalam kaitannya
dengan busana, menurut Riyanto (2003) bahwa untuk menutupi bagian-bagian
proporsi badan yang kurang sempurna dapat ditutupi dengan pemilihan model
busana yang dapat mengelabui mata yang melihatnya sehingga kelihatan seperti
ideal atau mendekati ideal.
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum kita memulai untuk membuat
suatu busana, maka terlebih dahulul haruslah memilih model yang sesuai dengan
bentuk tubuh dan waktu pemakaiannya.
b. Pemilihan
bahan
Dalam
memilih bahan, salah satu unsur yang perlu diketahui adalah tekstur atau
permukaan bahan. Pada waktu memilih bahan dapat diketahui apakah bahan tersebut
halus, kasar, tebal, tipis, berbulu, kusam atau mengkilap dengan cara melihat
dan meraba permukaan dari kain tersebut. Jadi dalam memilih bahan juga harus disesuaikan
dengan model pakaian serta kesempatannya.
c. Mengambil
ukuran
Mengukur
harus dipelajari dan dikerjakan dengan penuh perhatian dan teliti. Ukuran yang
diambil dengan baik akan memberikan ketegasan atau dasar yang kokoh untuk
membuat pola. Jika hendak mengukur, model harus berdiri dengan sikap yang wajar. Pinggang model harus
diikat dengan menggunakan peterban guna untuk mengetahui letak pinggang
simodel. Selain itu dalam mengambil ukuran badan model disarankan untuk tidak
mengukurnya dengan terlalu ketat atau juga terlalu longgar, karena akan
menyebabkan busana yang akan dijahit bisa jadi terlalu kecil bahkan juga
terlalu longgar.
d. Pembuatan
pola dasar dan merubah pola
Pratiwi
(2001) mengatakan bahwa pola dasar adalah kutipan bentuk badan manusia yang
asli atau pola sebelum diubah. Pola dasar terdiri dari pola bagian atas mulai
dari bahu sampai pinggang. Biasa disebut dengan pola dasar badan depan dan
belakang. Pola dasar rok diambil dari bagian pinggang sampai batas lutut atau
sampai mata kaki. Pola lengan, diambil
dar bagian lengan teratas atau bahu terendah sampai siku atau pergelangan
tangan. Pembuatan pola dasar haruslah sesuai dengan ukuran yang sudah
ditentukan, bentuk-bentuknya pun juga harus diperhatikan dan harus menggunakan
tanda pola.
Pecah
pola merupakan penyesuaian model atau desain pada gambar pola dengan contoh
yang dikehendaki, kemudian memisah-misahkan bagian-bagian model menjadi
pola-pola yang siap dijadikan petunjuk untuk menggunting bahan. Dalam merubah
pola hendaklah sesuai dengan desain yang telah disiapkan, sesuai dengan ukuran
model, dan juga harus menggunakan tanda-tanda pola yang jelas agar hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan.
Pola Dasar Badan |
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pola dasar merupakan ciplakan dari
bentuk tubuh asli manusia. Sedangkan pecah pola yaitu perubahan bentuk dari
pola dasar yang telah disesuaikan dengan desain busana yang diinginkan oleh
model.
KETERANGAN POLA BADAN MUKA:
A – B = 1/6 Lingkar leher + 2 cm
B – C = Panjang Muka
C – D = A – E = ¼ Lingkar badan + 1cm
A – A1 = 1/6 Lingkar leher + 0,5 cm
A1 – A2 = Panjang bahu
A2 – A3 = turun 4 cm
B – B1 = 5 cm
B1 – B2 = ½ Lebar muka
C – C1 = ¼ Lingkar pinggang + 1 + 3 cm
C – C2 =1/10 Lingkar pinggang + 1 cm
C2 – CC3 = 3 cm
C1 – C4 = naik 1,5 cm
C4 – K = Panjang sisi
C – M = Tinggi dada
M – O = ½ Jarak dada
A – B = 1/6 Lingkar leher + 2 cm
B – C = Panjang Muka
C – D = A – E = ¼ Lingkar badan + 1cm
A – A1 = 1/6 Lingkar leher + 0,5 cm
A1 – A2 = Panjang bahu
A2 – A3 = turun 4 cm
B – B1 = 5 cm
B1 – B2 = ½ Lebar muka
C – C1 = ¼ Lingkar pinggang + 1 + 3 cm
C – C2 =1/10 Lingkar pinggang + 1 cm
C2 – CC3 = 3 cm
C1 – C4 = naik 1,5 cm
C4 – K = Panjang sisi
C – M = Tinggi dada
M – O = ½ Jarak dada
KETERANGAN POLA BADAN BELAKANG:
A – B = 1,5 – 2 cm
B – C = Panjang punggung
C – D = A – E = ¼ Lingkar badan – 1 cm
A – A 1 = 1/6 Lingkar leher + 0,5 cm
A1 – A2 = Panjang bahu
A2 – A3 = Turun 3 cm
B – B1 = 10 cm
B1 – B2 = ½ Lebar punggung
C – C1 = ¼ Lingkar pinggang – 1cm+3cm
C – C2 =1/10 Lingkar pinggang
C2 – C3 = 3 cm
C1 – K =Panjang sisi
A1 – A2 = Panjang bahu
A2 – A3 = Turun 3 cm
B – B1 = 10 cm
B1 – B2 = ½ Lebar punggung
C – C1 = ¼ Lingkar pinggang – 1cm+3cm
C – C2 =1/10 Lingkar pinggang
C2 – C3 = 3 cm
C1 – K =Panjang sisi
Keterangan Pola Lengan:
A - B = panjang lengan.
A - C = tinggi puncak lengan, buat garis sampai
ke titik D dan E, setelah diukur dari titik A ½ lingkar kerung lengan yang
ukurannya bertemu dengan garis dari tititk C.
D – C = C – E = tarik garis bantu dari D – E
A – D =
Buat garis putus-putus (garis bantu) dari A ke D
dan dari A ke E.
Garis bantu dari A ke D dan A ke E dibagi tiga.
1/3 dari A ke D
diberi titik A1 dan dari A ke E dinamakan titik
A2.
A1 - A4 = A2 - A3 = 1,5 cm.
Titik D1 = 1/3 D - A
D ke D1 dibagi dua dinamakan titik D2.
D2 - D3 = 0,5 cm.
Hubungkan A dengan A4 dengan D1, D3 dan D
seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka).
Hubungkan A dengan A3 dan E seperti gambar
(lingkar kerung lengan bagian belakang).
G - G1 = E1 - E2 = 1,5 cm.
Hubungkan E dengan E2 (sisi lengan bagian
belakang), dan D dengan G seperti gambar (sisi lengan bagian muka).
e. Meletakkan
pola diatas bahan
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum meletakkan pola diatas bahan adalah sebagai
berikut:
·
Berapa potong jumlah yang diperlukan
·
Periksa tepi tenunan/bahan waktu dibeli,
kemungkinan seratnya tidak lurus, sebaiknya diperbaiki dengan cara menarik
benang pakannya untuk meluruskan bahan
·
Bila bahan kusut, setrikalah terlebih
dahulu
·
Gunting atau buang pinggiran bahan yang
biasanya keras, berlobang dan ada tulisan nama bahan atau cap dan lain-lain.
·
Letakkan pola diatas bahan dengan
memperhatikan arah serat benang, motif, dan tatalah sesuai dengan prinsip
merancang bahan untuk menghindari pemborosan.
·
Sematkan pola pada bahan dengan
menggunakan jarum pentul
·
Berilah tanda batas kampuh yang akan
digunting.
f. Menggunting
bahan
Sebelum
menggunting bahan periksalah kembali pola-pola yang diletakkan diatas bahan dan
pergunakanlah gunting kain yang tajam, agar kain atau bahan tidak rusak dan
juga untuk menghemat waktu dalam bekerja. Guntinglah kain sesuai dengan tanda
pola yang diberi garis batas guntingan atau kampuh. Guntuingalah bahan utama
terlebih dahulu, setelah itu lapisannya. Pada waktu menggunting bahan, bahan
tidak boleh digeser-geser karena akan merubah letak pola yang telah disematkan.
Dan pada waktu menggunting letakkanlah tangan kiri diatas bahan dan pola,
mengguntinglah dengan sikap yang tertib.
g. Memberi
tanda jahitan
Memberi
tanda pada jahitan dilakukan dengan cara memindahkan garis-garis pola pada bahan.
Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan kapur jahit atau karbon yang dibantu
dengan menggunaka rader. Jangan menggunakan karbon dan rader pada bahan atau
kain yang tipis karena akan merusak kain tersebut.
h. Mengepas
dan memperbaiki
Sesudah
memberi tanda jelujurlah pakaian tersebut untuk dicoba/dipas. Pasang atau
pakailah busana tersebut pada badan model/pemesan dengan memperhatikan letak
garis tengah muka, garis tengah belakang, garis bahu dan letak garis sisi harus
tepat.
i. Menjahit
Yang
dimaksud dengan teknik menjahit yaitu mencakup semua teknik atau cara menjahit
serta cara penyelesaian pakaian seperti penyelesaian kampuh dan pengeliman,
pemasangan kancing, pengepresan serta sampai pada tahap fitting (pengepasan).
Penyelesaian jahitan pada suatu pakaian adalah dengan cara mengesum/mengelim
bagian bawah dari blus, lengan, celana atau rok, memasang kancing dan membuat
rumah kancing, memasang restleting, menyetrika bagian kampuh dengan cara
menyetrikanya dari bagian dalam dan
menyetrika busana yang telah selesai dijahit.